Terbukti Merencanakan Kudeta, Mahkamah Agung Berhasil Jatuhi Vonis Hukuman 27 Tahun Penjara kepada Eks Presiden Brasil – Sidang besar yang sedang digelar di Brasil ini sudah memasuki fase penentuan vonis terhadap mantan presiden Jair Bolsorano.
Tuduhan yang diberikan oleh jaksa agung adalah bahwasannya Jair Bolsorano sudah merencanakan kudeta demi tetap memegang kekuasaan meski sudah kalah dalam pemilu yang diselenggarakan pada tahun 2022 dari Presiden Luiz Inacio Lula da Silva.
Pada Selasa (2/9/2025), Jaksa Agung Paulo Gonet menegaskan bahwa rangkaian bukti yang menunjukkan Bolsonaro tidak hanya berusaha melemahkan kepercayaan publik pada sistem pemilu elektronik, namun juga dengan menysun skenario untuk membatalkan hasil dari pemilu. Menurut Jaksa Agung Gonet, Bolsorano dan para pembantunya sudah menjalankan serangkaian peristiwa yang saling berkaitan dnegan tujuan untuk mempertahankan kekuasaannya secara ilegal
Dilansir dari Associated Press, Gonet mengatakan bahwa “Tidak membutuhkan upaya intelektual luar biasa untuk mengenali bahwa ketika presiden republik dan menteri pertahanan memanggil pimpinan militer guna mempresentasikan dokumen yang meresmikan kudeta, proses kriminal sebenarnya sudah berjalan.”
Gonet juga menambahkan bahwasannya gambaran “mengejutkan dan suram” yang ada didalam dakwaan tidak bisa hanya sekedar dianggap sebagai “narasi fakta-fakta terisolasi”. Rencana untuk terus mempertahankan Bolsonaro di kursi presiden juga mencakup penyebaran keraguan terhadap sistem pemilu elektronik Brasil, hingga kerusuhan 8 Januari 2023 ketika para pihak pendukung Bolsonaro menyerbu gedung-gedung pemerintahan usai Lula resmi dilantik.
Jaksa juga menambahkan tuduhan adanya rencana untuk membutuh Lula dan juga seorang hakim Mahkamah Agung. Jaksa juga menegaskan “Kegagalan untuk menindak upaya semacam ini secara pidana, sebagaimana ditunjukkan pengalaman di dalam maupun luar negeri, hanya akan memperkuat dorongan otoritarianisme. Hal ini mengancam cara hidup yang beradab.”
Diketahui juga Bolsonaro, yang kini menjalani tahanan rumah, menolak semua tuduhan yang diajukan padanya dan menyebut persidangan ini sebagai serangan bermotif politik. Ia juga tidak terlihat hadir ke sidang yang dilaksanakan dengan alasan kesehatan.
“Saya mengikuti [persidangan],” ujarnya dalam sebuah video yang diunggah ke media sosialm dimana dalam video tersebut memperlihatkan dirinya berjalan mondar-mandir di kediamannya di Brasilia.
Celso Vilardi, pengacara Bolsonaro, mengatakan bahwa dakwaan rapuh karena dekret darurat yang digadang-gadang untuk membatalkan hasil pemilu tidak pernah dikeluarkan karena diketahui transisi kekuasaan Lula tetap berlangsung.
Sidang yang digelar pada hari Selasa itu dimulai pukul 09.00 dan berakhir sekitar pukul 18.00 waktu setempat, dengan empat orang pengacara dari sekutu Bolsonaro menyampaikan argumen dan pembelaan. Tim kuasa hukum Bolsonaro dijadwalkan untuk menyampaikan pembelaan pada Rabu pagi.
Alexandre de Moraes, Hakim Mahkamah Agung yang memang memimpin jalannya persidangan dan dikenal sebagai lawan politik Bolsonaro juga menegaskan bahwa pengadilan akan memutuskan hasil akhir sidang secara imparsial.
Ia juga mengatakan “Sejarah mengajarkan kita bahwa impunitas, pengabaian, dan pengecut bukanlah pilihan untuk perdamaian.” dan menambahkan bahwa hakim wajib mengabaikan tekanan, baik internal maupun eksternal.
Pernyataan dari Alexandre de Moraes ini dianggap sindiran yang dituju terhadap Donald Trump, yang mengaitkan tarif 50% atas barang impor Brasil dengan kasus hukum Bolsonaro. Trump menuding persidangan ini sebagai “perburuan penyihir” sehingga memicu reaksi nasionalis dari beberapa politisi Brasil
Bolsonaro dikatakan akan menghadapi lima dakwaan: percobaan kudeta, keterlibatan dalam organisasi kriminal bersenjata, upaya penghapusan demokrasi secara paksa, serta dua tuduhan perusakan properti negara.
Bolsonaro menghadapi lima dakwaan: percobaan kudeta, keterlibatan dalam organisasi kriminal bersenjata, upaya penghapusan demokrasi secara paksa, serta dua tuduhan perusakan properti negara. Dakwaan utama, yaitu percobaan kudeta, bisa membuatnya dipenjara hingga 12 tahun.
Tujuh orang sekutu dekatnya juga ikut diadili, termasuk Walter Braga Netto, mantan cawapres sekaligus menteri pertahanan, dan Paulo Sérgio Nogueira, mantan menteri pertahanan lainnya.