Jepang Berencana Menerapkan Kebijakan Pertukaran Tenaga Kerja dengan India, Warga Menolak dan Demo Besar-besaran Terjadi – Sejumlah kota di Jepang sedang melakikan gelombang protes besar-besaran.
Gelombang protes ini dipicu dengan adanya rencana pemerintah Jepang dan India untuk menerapkan kebijakan pertukaran tenaga kerja. Dalam lima tahun kedepan, lebih dari 500.000 orang diketahui akan terlibat dalam program pertukaran ini, program ini juga mencakuo sektor pemerintahan, industrim akademisi, sampai teknologi.
Perdana menteri Jepang Shigeru Ishiba dan perdana menteri India Narendra Modi berencana untuk membahas semua kebijakan ini secara resmi dalam pertemuan mereka yang akan diadakan hari ini (Jumat, 12/09/2025).
asianews.network menulis laporan “Memanfaatkan dinamisme India menjadi salah satu strategi utama Jepang,” dan Tokyo berharap bahwa kerja sama ini mampu mendorong pertumbuhan ekonomi negara mereka.
Dari semua jumlah yang ditotalkan tersebut, sekitar 50.000 tenaga kerja berketerampilan tinggi asal India akan diarahkan untuk bekerja di Jepang dan diketahui bahwa mereka semua ini memiliki keteranmpilan khusus, terutama dalam teknologi informasi (TI). Hal ini juga diketahui terjadi karena Jepang sedang mengadapi kekurangan tenaga kerja kronis, khususnya di bidang teknologi.
India saat ini menjadi negara dengan populasi terbesar di dunua dengan lebih dari 1,4 miliar jiwa yang memiliki keunggulan demografis. Para warga yang sudah merupakan seorang profesional muda dengan kemampuan tinggi dinilai cocok untuk mengisi kekosongan tenaga kerja di Jepang.
Pemerintah mengusulkan untuk memperkuat pendidikan Bahasan Jepang di India dalam upaya mengatasi hambatan bahasa dan budaya. Ada juga rencana untuk membangun limgkungan sosial yang ramah bagi warga India yang bertujuan untuk menciptakan kondisi yang menarik dan juga mempertahankan tenaga kerja India di Jepang.
Jepang juga akan meningkatkan penerimaan mahasiswa dan peneliti asal India dalam bidang pendidikan. Pemerintah juga akan memberi dukungan kepada para pelajar Jepang yang belajar di India.
Berdasarkan data dari Organisasi Layanan Mahasiswa Jepang, pada akademik tahun 2024 , hanya ada 1.685 mahasiswa asal India yang belajar di Jepang, dan jelas jumlah ini merupakan jumlah yang sangat rendah dibandingkan mahasiswa asal Tiongkok yang mencapai 123.485 orang, mahasiswa Nepal bahkan diketahui jauh lebih banyak mencapai sekitar 64.816 orang.
Program kerja sama pelatihan antara Sampo Care Jepang dengan National Skill Development Corporation (NSDC) India juga telah membuahkan hasil, dimana program ini dimulai pada agustus tahun 2024 di sebuah pusat pelatihan khusus di dekat New Delhi dan kelompok pertama tenaga keperawatan asal India akan mulai bekerja di Jepang mulai bulan depan.
Namun, kebijakan ini membuahkan penolakan yang cukup besar dari sebagian masyarakat Jepang. Mereka mempertanyakan urgensi penambahan jumlah imigran secara besar-besaran. Yang dimana kelompok penolak menilai bahwa pemerintah seharusnya melakukan evaluasi menyeluruh terlebih dahulu atas sistem pengawasan imigran, dikarenakan kekhawatiran mereka, jumlah pendatang yang tidak terkendali ini dapat memicu masalah sosial serta keamaanan negara.

Pro dan kontra ini masih terus berkembang, diperkirakan kebijakan ini akan tetap menjadi sorotan publik Jepang maupun dunia. Pemerintah Jepang tentu saja mengalami dilema untuk menyeimbangkan kepentingan ekonomi dengan kestabilan sosial. Tetapi pemerintah memutuskan untuk tetap optimis dengan keputusan mereka dan yakin bahwa hubungan erat dengan India akan memberikan manfaat stategis dalam jangka waktu yang panjang.